Selasa, 24 Maret 2015

Minirama: Penaikan Bendera Merah Putih

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 diketahui oleh para pegawai telegraf pada hari diucapkannya proklamasi kemerdekaan melalui morse. Walaupun Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu, tetapi karena masih berkuasa, berita proklamasi kemerdekaan tersebut disebarluaskan secara sembunyi-sembunyi. Penduduk yang mengetahui hal itu secara spontan mengibarkan bendera Merah Putih di halaman rumah mereka dan para pemuda memakai lambang Merah Putih di dada. Apabila para pemuda bertemu masing-masing mengucapkan: "Merdeka!".


Puncaknya, pada 19 Agustus 1945 dua orang pemuda, yaitu R. Husin Akip dan M. Amin Aini yang dikawal beberapa pemuda mengibarkan bendera Merah Putih di puncak menara air (water toren) Broni. Peristiwa yang sama terjadi di tempat lain. Di depan Pasanggrahan (sekarang gedung Putro Retno) yang ditempati para pejabat sipil Jepang, dua orang putri, yaitu Ziraida dan Sri Rejeki yang dikawal sejumlah pemuda, antara lain Rd. Soehoer, Laman Yatub, Kgs. A. Roni menaikan bendera Merah Putih. Demikian pula tidak ketinggalan di daerah-daerah lainnya, seperti Sarolangun. Berita proklamasi kemerdekaan diketahui melalui para pedagang yang datang dari Bangko pada 19 Agustus 1945. Pada 21Agustus 1945 diadakan pertemuan di kediaman Gunco atau Wedana Sutan Sulaiman guna membicarakan persiapan upacara penaikan bendera Merah Putih dan pembentukan barisan-barisan perjuangan. pertemuan tersebut diikuti oleh Sutan Sulaiman selaku Gunco atau Demang, Syamsoe Bahroen selaku pasirah, Syarnoebi selaku tokoh masyarakat, H. M. Chatib selaku tokoh masyarakat, dan M. Darwis selaku tokoh masyarakat. 

Pada 22 Agustus 1945 bendera Merah Putih dikibarkan di halaman Sekolah Rakyat Sarolangun (sekarang SD 44) yang kemudian diikuti pengibaran di rumah-rumah penduduk.

Demikian pula di kota Muarobungo, sang Merah Putih dinaikkan di muka markas BPK (Badan Penjaga Keamanan). Penaikan bendera Merah Putih tidak diiringi lagu Indonesia Raya, tetapi dengan pekik perjuangan, yaitu "Merdeka atau Mati bersama Soekarno Hatta" sebanyak tiga kali. Pada hari berikutnya, penaikan bendera Merah Putih dilaksanakan di depan Kantor Gun Co (kewedanaan) Muarotebo di bawah pimpiman dr. Syahriar Rahman. Di Muaratebo pun penaikan bendera Merah Putih tidak diiringi lagu Indonesia Raya, tetapi pekik perjuangan "Merdeka" sebanyak tiga kali. (Budi Prihatna).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar