Selasa, 31 Maret 2015

Minirama: Pertempuran Simpang III Sipin

Tanggal 29 Desember 1948 jam 16.00 WIB Simpang III Sipin diserang pasukan para Belanda dari dua jurusan, yaitu Simpang Kawat dan Payo Sigadung. Pasukan TNI yang menuju Simpang III Sipin dengan komandannya Sersan Abu Bakar bersama Laskar Napindo pimpinan Sastro Suwandi melakukan perlawanan. Selihat situasi yang semakin genting karena Belanda berhasil merebut Kenali Asam dan Lapangan Terbang Pal Merah dan segera masuk ke dalam Kota Jambi, Laskar Napindo yang dipimpin oleh beberapa Perwira STD disertai ibu-ibu patugas dapur umum diperintahkan oleh Komandan STD untuk mengungsi ke luar Kota Jambi melalui Simpang III Sipin. Selain itu, juga diperintahkan mengevakuasi dokumen-dokumen militer beserta perlengkapan perang. Mereka tidak mengetahui bahwa ternyata Simpang III Sipin dikuasai Belanda. Kurang lebih 50 meter mendekati Simpang III Sipin mereka diberondong peluru oleh tentara Belanda sehingga sebagian besar rombongan gugur, di antaranya Rd. Ibrahim (putra Rd. Inu Kertapati), Kms. Agus, Sersan Bais, anggota Polisi Abdullah, dan lain-lain. 



Pasukan Keur Corps STD di bawah pimpinan Kapten A. Bakaruddin yang dipersiapkan di Broni (pabrik karet Rubber Unie) siap bergerak menembus pertahanan pasukan Belanda di Simpang III Sipin. Mendekati Simpang III Sipin rombongan pasukan Keur Corps STD melihat banyak korban, dan ketika rombongan bergerak sampai di Simpang III Sipin secara tiba-tiba mendapat serangan senapan mesin dari arah kanan-kiri jalan. Pertempuran sengit pun terjadi dan menelan banyak korban. Setelah pertempuran mereda, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Dusun Sungai Duren. Setibanya di Sungai Duren rombongan disambut Pasirah Kepala Marga Mestong Sulaiman dan masyarakat setempat. 

Berhasilnya rombongan beserta berkas-berkas penting sampai di Dusun Sungai Duren berkat pengorbanan Komandan Pasukan Keur Corps STD Kapten A. Bakaruddin dan tiga anggotanya, yaitu Sersan Tengku Mahmud, Kopral Sulaiman, dan Prajurit M. Bongkok yang gugur dalam pertempuran di Simpang III Sipin serta pejuang lainnya. Jenazah mereka dimakamkan di Dusun Sungai Duren.

Senin, 30 Maret 2015

Minirama: Pertempuran di Tanah Minyak

Pada 20 Desember 1948 terjadi pertempuran di Kenali Asam, Tempino, dan Bajubang. Kenali Asam dipertahankan oleh Satu Kompi Pasukan STD dengan Komandan Letnan Satu A. Samad, Komandan Seksi Sersan Mayor Cadet Hasan Effendy, Sersan Mayor Cadet Karmin, dan Sersan Mayor Usman Aceh. Kompi ini merupakan bagian dari Batalyon III Tanah Minyak di Tempino dengan Komandan Mayor Selamat. Sebagai Dandim Kenali Asam Kapten Ismail Malik. Dalam pertempuran ini gugur Kapten Sujono sebagai pahlawan dan Mayor A. Marzuki luka para tertembak. 




Sementara Letnan Kolonel Tituler R. Sudarsono setelah beberapa hari bersembunyi di rumah masyarakat ditangkap Belanda dan ditawan di Camp Boom Batu Palembang. Beliau dibebaskan saat penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan kesepakatan pertemuan di rumah Letnan Kol. Tit. R. Sudarsono diperintahkan membumihanguskan Kenali Asam beserta alat-alat vital minyak. Mereka yang bertugas dalam misi tersebut adalah Mayor Z. Rifai bersama Letkol. Tituler R. Sudarsono dan selaku Komandan Pelaksana adalah Letnan Satu Tituler R. Mansur. Kobaran api yang begitu besar mempersulit pasukan Para yang diterjunkan di sana. Pembumihanguskan Kenali Asam berjalan lancar dan hampir 90% berhasil. Serangan tentara Belanda yang terjadi di Tempino pada 29 Desember 1949 menelan korban pasukan TNI. Lebih kurang 30 anggota pasukan TNI yang ditawan dieksekusi di lapangan oleh tentara Belanda.

Begitu juga di daerah Bajubang, tentara Para Belanda menembak siapa saja, sehingga kebanyakan korban  penembakkan Para Belanda adalah rakyat. Adapun pasukan TNI yang gugur 7 orang lebih, di antaranya Letnan Muda Bahar Mahyuddin, Kopral Rasyid, dan lainnya tidak diketahui namanya.

Minggu, 29 Maret 2015

Minirama: Kota Jambi Diserang Belanda

Pada 29 Desember 1948 pesawat terbang Belanda melakukan pengeboman di beberapa tempat, seperti Kenali Asam, Tempino, Bajubang, dan Lapangan Terbang Paal Merah. Pada siang harinya, sekitar jam 14.00 Belanda kembali menyerang Kota Jambi sambil menerjunkan Pasukan Para Komando Troeps (pasukan payung) yang memakai baret merah sebagai pasukan penyerbu. 

Dalam situasi demikian Komandan STD (Sub Territorium Djambi) memerintahkan melalui Sersan Mayor Kadet Rd. Suhur kepada Komandan Keur Corps Kapten A. Bakar agar konvoi mobil di Simpang Kapuk yang sedianya dipindahkan ke luar Kota Jambi dipindahkan ke tempat yang lebih aman dari serangan udara, yaitu di bekas pabrik karet Rubber Unie (Broni) yang rindang pepohonan. Serangan pasukan Belanda dengan Komando Para juga dibantu satu Batalyon Bezetting Troeps sebagai pasukan pendukung yang datang melalui Sungai Batanghari pada 30 Desember 1948.


Menghadapi serangan tentara Belanda tersebut, pasukan STD memberikan perlawanan gigih untuk mempertahankan tempat-tempat strategis. Disayangkan, persenjataan pasukan STD tidak dapat berfungsi baik karena disabotase. Oleh karena sebagian besar Kota Jambi diduduki tentara Belanda, Komandan STD menginstruksikan agar Kapten A. Bakar bersiap-siap berangkat ke luar Jambi sambil menunggu perintah pelaksanaan selanjutnya. Komandan STD Kolonel Abunjani bersama Kepala Staf STD Mayor Brori Mansur memerintahkan Kapten A. Bakar beserta rombongan ke luar Kota Jambi pada malam harinya. 

Apabila Kenali Asam dan Simpang III Sipin tidak dapat dilewati, rute pengunduran melalui sungai sebagaimana yang disarankan Letnan Dua R. Sumardi agar anggota CPM dan rombongan bertemu di Dusun Selat. Kapten A. Bakar bertekad tetap menerobos pertahanan Pasukan Para Belanda di Simpang III Sipin.

Minirama: Pertempuran Laut

Pada 12 Maret 1948 Angkatan Laut Republik Indonesia dengan Kapal Laut RI Nori I menyerang kepala laut Belanda RP. 133 GNJ Assen di perairan Kuala Tungkal. Hal ini dilakukan karena pihak Belanda melanggar Perjanjian Renville dengan memasuki perairan Indonesia. Dalam pertempuran tersebut di pihak Belanda 2 orang tewas dan di pihak ALRI 2 orang gugur dan 7 orang luka berat maupun ringan terkena tembakan. 

Susunan personil Kapal Laut RI Nori I adalah Komandan Pangkalan Letnan II Ahmad Sanusi Marzuki; Komandan Armada Sersan Mayor Kadet Waluyo Utomo; Komandan Kapal Sersan Mayor Marjuki Dinu; jurumudi Kopral Arif; Pengawal Komandan dan Kelasi Soma Permana; anggota Sersan Mayor Marjohan, Amirkal, J.S. Wewengkang, Hasan Ibra, Harono; bagian Mesin: Wak Udin dibantu Saleh (tenaga sipil); bagian Dek: Kelasi Salim dan Rais Sabirin; bagian Kesehatan: Kopral Hainur; dan juru masak Bakar (tenaga sipil).

Minirama: Kunjungan Komisi Tiga Negara (KTN)

Pada oktober 1947 Komisi Tiga Negara (KTN) yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB yang terdiri dari Amerika, Australia, dan Belgia berkunjung ke Jambi. Mereka berkunjung untuk menyelesaikan sengketa antara pihak Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda serta realisasi pelaksanaan Perjanjian Linggarjati. Melalui KTN ini Komite Indonesia dan Komite Belanda akan berunding. Hal ini disebabkan Agresi Belanda I melanggar Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Belanda pada 2 Maret 1947. Pihak Belanda melewati garis demarkasi yang ditetapkan pada 14 Oktober 1946. Oleh karena itu para diplomat Republik Indonesia di bawah pimpinan Sutan Syahrir berupaya melalui Dewan Keamanan PBB menuntut agar aksi militer dihentikan dan Belanda harus mundur ke garis demarkasi yang ditetapkan. 


Diplomat Republik Indonesia mengajukan masalah tersebut kepada Dewan Keamanan PBB dalam sidang yang diadakan pada 31 Juli dan 14 Agustus 1947. Hal ini diperkuat oleh Perdana Menteri Republik Indonesia Mr. Amir Syarifuddin dalam perundingan lanjutan pada 2 Oktober 1947. Dalam perundingan lanjutan dinyatakan bahwa Persetujuan Linggarjati tidak diakui lagi oleh pihak Republik Indonesia. 

Untuk dapat terlaksananya perundingan antara pihak Republik Indonesia dan Belanda, Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara. Komite untuk Sumatra bagian selatan yang merupakan Joint Commite diwakili oleh Kolonel Simbolon dan Mr. Nasrun, dan untuk Jambi akan dibentuk Local Joint Commite. Setelah bertemu dan melapor ke Residen Jambi R. Ini Kertapati, rombongan KTN mengadakan peninjauan ke lokasi tambang minyak Permiri di Kenali Asam dan status quo line di Sungai Lilin.

Kamis, 26 Maret 2015

Minirama: Pesawat Catalina RI 005

Untuk membantu perjuangan Republik Indonesia, Dewan Pertahanan Daerah menyewa pesawat terbang amfibi milik Cobley, seorang warga negara Australia mantan penerbang RAAF (Royal Australian Air Force) dalam Perang Dunia II. Pesawat yang diberi nama Catalina RI 005 digunakan Dewan Pertahanan Daerah untuk kepentingan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu membawa senjata, bahan makanan, pakaian pejabat Republik Indonesia maupun militer, juga untuk menghubungi Kota Jambi dengan Bukittinggi, Prapat, Banda Aceh, Bengkulu, Tanjungkarang, Yogyakarta, dan Singapura.

Pada 29 Desember 1948 Cobley yang ditemani Sersan Mayor AURI Pranko Kusumo dan seorang teknisi berusaha memperbaiki kerusakan Catalina RI 005. Oleh karena tidak ingin tertangkap tentara Belanda, menjelang magrib pesawat Catalina RI 005 lepas landas hanya mengandalkan satu mesin. Sebelum meninggalkan permukaan sungai tiba-tiba pesawat tersebut menukik tajam dan menabrak brikade yang sengaja dipasang untuk menghalangi gerakan pasukan Belanda. Setelah benturan tersebut, pesawat Catalina RI 005 tenggelam bersama Cobley dan teknisinya, sedangkan Mayor Prangko Kusumo selamat dengan meloncat ke Sungai Batanghari melalui pintu belakang. 

Minirama: Pengumpulan Dana Perjuangan

Untuk mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan, dibentuk dua badan pengumpul dana, yaitu:

a). Fond Kemerdekaan Indonesia (FKI) yang dibentuk pada bulan Mei 1946. Berdasarkan Keputusan Badan Eksekutif Keresidenan Jambi ditetapkan sebagai pimpinan dan pengelola FKI adalah R. U. Utoyo dan M. Amin Aini. Fond Kemerdekaan Indonesia (FKI) melakukan pengumpulan dana melalui pungutan bea cukai dari barang-barang ekspor dan impor.


2). Badan yang khusus menerima sumbangan sukarela dari pedagang Jambi juga dari masyarakat sampai ke marga desa dan mendapo. Badan ini dibentuk atas gagasan Dewan Pertahanan Daerah untuk membeli pesawat yang dapat digunakan keperluan perang dan memperlancar hubungan dengan daerah-daerah lain dan Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta. Badan ini dinamakan Badan Pengumpulan Dana Pembelian Pesawat Udara.

Rabu, 25 Maret 2015

Minirama: Defile Pameran Kekuatan (Defile Show of Force)

Pada Juni 1948 setelah berkunjung ke Bukittinggi dan Pekanbaru, Bung Karno mengadakan kunjungan ke Jambi. Kedatangan Presiden Soekarno (Bung Karno) ke Jambi merupakan kunjungannya yang pertama. Pada saat kunjungan tersebut diadakan defile show of force oleh angkatan bersenjata Republik Indonesia untuk menunjukkan kekuatan TNI Sub Territorium Jambi (STD) dengan mengerahkan seluruh kekuatan dan persenjataan lengkap. Dalam parade ini Presiden Soekarno berdiri di atas mimbar kehormatan di muka rumah dinas residen didampingi Komandan Resimen Kolonel Abunjani, Residen Inu Kertapati, Kepala Polisi Daerah Jambi Komisaris Achmad Bastari, dan seluruh pejabat teras sipil dan militer.

Sebagai komandan upacara, Kapten TNI Jusuf A.B dengan pedang mengkilap melaporkan kegiatan parade ini kepada Panglima Tertinggi Presiden Soekarno selaku inspektur upacara. Satu persatu barisan melangkah tegap di hadapan podium kehormatan dengan komandan barisan masing-masing, yaitu barisan Polisi Tentara (CPM), barisan senapan, barisan bren, barisan sten gun, granat werpers, AAC atau meriam anti pesawat udara, mitraliur, disusul barisan PHB dengan perlengkapannya, palang merah dengan perlengkapan dan uniform khasnya, barisan pengangkutan dengan alat kendaraannya, dan satu barisan para Tentara Pelajar yang mengenakan seragam putih.




Warga masyarakat tumpah ruah menyaksikan parade TNI selengkap ini, baik persenjataan maupun peralatan lainnya. Kelengkapan persenjataan ini diperoleh atas usaha Kolonel Abunjani sebagai Wakil Ketua Dewan Pertahanan Daerah Jambi dan selaku Komandan Resimen 16 GAPU/Jambi. Kolonel Abunjani mengadakan komunikasi dengan orang-orang yang berani menyelundupkan senjata menembus blokade laut Belanda dan persenjataan diperoleh melalui barter kopra. Untuk menghindari blokade laut tersebut dilakukan dengan bergerilya dari pulau ke pulau menggunakan perahu lambok. Untuk melaksanakan tugas ini dibebankan kepada Sersan Rd. Amir Sudarsono.

Setelah defile show of force dilanjutkan rapat umum di halaman kediaman Residen Jambi. Dalam rapat umum yang dihadiri masyarakat dari dalam dan luar Kota Jambi, Presiden mengajak seluruh rakyat Jambi untuk terus berjuang sampai tercapainya cita-cita bersama, yaitu berdirinya Negara Indonesia yang berdaulat penuh dari Sabang sampai Merauke. Pada kesempatan tersebut rakyat Jambi menyerahkan dana yang dikumpulkan dari masyarakat untuk membeli pesawat. Presiden Soekarno menerima dan menyatakan sumbangan tersebut akan dibelikan pesawat Dakota dengan Registrasi RI 002.

Minirama: Rapat Para Tokoh Politik dan Tokoh Masyarakat

Tanggal 20 Agustus 1945 seorang tokoh pergerakan yang bekerja sebagai pejabat pada Jawatan Penerangan Jepang (Hodohan), yaitu Abdullah Kartawirana menghubungi tokoh politik dan pemuda untuk menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan hati-hati agar sampai diketahui pihak Jepang, tanggal 22 Agustus 1945 Abdullah Kartawirana mengundang ke rumahnya 20 orang tokoh politik dan pemuda yang merupakan perwakilan dari seluruh golongan. Mereka membicarakan hal-hal yang harus dipersiapkan sehubungan dengan diproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Agar pertemuan tersebut tidak menimbulkan kecurigaan dari pihak Jepang, digunakan istilah selamatan.



Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk segera membentuk organisasi atau badan-badan perjuangan yang diperlukan, seperti pembentukan Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang diketuai oleh Abunjani dan berkantor di rumah Rasyid Somad di Tanjung Pinang. Di kantor ini dan beberapa tempat strategis, seperti Simpang Kawat dan Simpang Pulai didirikan pos penjagaan yang dilengkapi senjata tajam berupa parang dan tombak.

Kegiatan lain dari angkatan pemuda ini adalah merebut kendaraan militer di Bengkel Kawasaki Jepang, merebut senjata dari Jepang, dan menempelkan plakat di rumah-rumah dan toko-toko yang berisikan semboyan pembangkit semangat perjuangan.

Selasa, 24 Maret 2015

Minirama: Penaikan Bendera Merah Putih

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 diketahui oleh para pegawai telegraf pada hari diucapkannya proklamasi kemerdekaan melalui morse. Walaupun Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu, tetapi karena masih berkuasa, berita proklamasi kemerdekaan tersebut disebarluaskan secara sembunyi-sembunyi. Penduduk yang mengetahui hal itu secara spontan mengibarkan bendera Merah Putih di halaman rumah mereka dan para pemuda memakai lambang Merah Putih di dada. Apabila para pemuda bertemu masing-masing mengucapkan: "Merdeka!".


Puncaknya, pada 19 Agustus 1945 dua orang pemuda, yaitu R. Husin Akip dan M. Amin Aini yang dikawal beberapa pemuda mengibarkan bendera Merah Putih di puncak menara air (water toren) Broni. Peristiwa yang sama terjadi di tempat lain. Di depan Pasanggrahan (sekarang gedung Putro Retno) yang ditempati para pejabat sipil Jepang, dua orang putri, yaitu Ziraida dan Sri Rejeki yang dikawal sejumlah pemuda, antara lain Rd. Soehoer, Laman Yatub, Kgs. A. Roni menaikan bendera Merah Putih. Demikian pula tidak ketinggalan di daerah-daerah lainnya, seperti Sarolangun. Berita proklamasi kemerdekaan diketahui melalui para pedagang yang datang dari Bangko pada 19 Agustus 1945. Pada 21Agustus 1945 diadakan pertemuan di kediaman Gunco atau Wedana Sutan Sulaiman guna membicarakan persiapan upacara penaikan bendera Merah Putih dan pembentukan barisan-barisan perjuangan. pertemuan tersebut diikuti oleh Sutan Sulaiman selaku Gunco atau Demang, Syamsoe Bahroen selaku pasirah, Syarnoebi selaku tokoh masyarakat, H. M. Chatib selaku tokoh masyarakat, dan M. Darwis selaku tokoh masyarakat. 

Pada 22 Agustus 1945 bendera Merah Putih dikibarkan di halaman Sekolah Rakyat Sarolangun (sekarang SD 44) yang kemudian diikuti pengibaran di rumah-rumah penduduk.

Demikian pula di kota Muarobungo, sang Merah Putih dinaikkan di muka markas BPK (Badan Penjaga Keamanan). Penaikan bendera Merah Putih tidak diiringi lagu Indonesia Raya, tetapi dengan pekik perjuangan, yaitu "Merdeka atau Mati bersama Soekarno Hatta" sebanyak tiga kali. Pada hari berikutnya, penaikan bendera Merah Putih dilaksanakan di depan Kantor Gun Co (kewedanaan) Muarotebo di bawah pimpiman dr. Syahriar Rahman. Di Muaratebo pun penaikan bendera Merah Putih tidak diiringi lagu Indonesia Raya, tetapi pekik perjuangan "Merdeka" sebanyak tiga kali. (Budi Prihatna).

Senin, 23 Maret 2015

Mengenang: R. R. Cobley





Ralph Richard Cobley


Ralph Richard Cobley merupakan salah seorang warga negara asing yang berpartisipasi dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau adalah warga negara Australia yang lahir pada 1919 di Hampstead, London, Inggris, dari pasangan John Cowan Cobley dan Minnie May Cobley.
Beliau adalah pilot yang mengawaki pesawat Catalina RI 005 yang jatuh di DAS Batanghari pada 29 Desember 1948, saat dilakukan percobaan penerbangan setelah perbaikan mesin pesawat yang rusak.