Pada 21 Januari 1949 jam 11.30 WIB beberapa buah kapal Belanda menyerang kota Kuala Tungkal dengan melepaskan meriam dan mortir. Salah satu yang menjadi sasaran Belanda adalah Mesjid Raya Jami' Kuala Tungkal. Pasukan TNI yang dipimpin oleh Letnan Muda A. Fattah mengadakan perlawanan sambil mundur ke arah Desa Parit Gompong. Dua orang prajurit, seorang pemuda pejuang, dan guru Sekolah Rakyat (SR) yang bernama R. Selamat gugur dalam pertempuran tersebut.
Tentara Belanda berhasil menduduki Kota Kuala Tungkal. Pasukan TNI dan Pasukan Barisan Selempang Merah beserta rakyat selalu melakukan penyerangan dan penyerbuan ke pertahanan Belanda di Kota Kuala Tungkal. Serangan yang dilakukan pada 28 Januari 1949, pasukan TNI yang dipimpin langsung oleh A. Fatah sebagai Komandan Sektor 1023 menyerangan kedudukan pasukan Belanda yang sedang berpatroli di sekitar Paring Gompong. Banyak korban di pihak pasukan Belanda, sedangkan pasukan TNI seluruhnya kembali ke Desa Pembengis dengan selamat.
Demikian pula Pasukan Selempang Merah selalu menyerang Belanda, seperti serangan yang dilakukan pada 7 Februari 1949. Pasukan Selempang Merah menggunakan 9 buah perahu dengan jumlah pasukan 41 orang dipimpin Abdul Somad yang dikenal dengan panggilan Panglima Adul. Dengan strategi dan taktik jitu serta serangan mendadak Belanda kewalahan dan banyak pasukan Belanda yang menjadi korban, sementara itu dari Pasukan Selempang Merah 2 orang ditawan. Selanjutnya, pasukan TNI bersama Selempang Merah, Kepolisian, Pegawai Sipil Pamong Desa, dan alim ulama selalu bersama dan bahu-membahu melakukan penyerangan terhadap kedudukan Belanda di Kuala Tungkal. Serangan yang terjadi pada 23 Februari 1949 Pasukan Selempang Merah dipimpin oleh H. Syamsuddin dan M. Sanusi, TNI dipimpin oleh Sersan Mayor Kadet Madhan AR., Masdar Ajang Camat Tungkal Ilir, dan Komandan Polisi Zulkarnain Idris bersama Agen Polisi H. Aini.
Pasukan besar ini dibagi menjadi 21 kelompok yang dipimpin langsung oleh Panglima H. Saman. Setelah terjadi pertempuran sengit selama 3 jam, pasukan Selempang Merah mengundurkan diri ke Desa Pembengis dengan meninggalkan korban 30 orang gugur. Di pihak Belanda juga jatuh banyak korban jiwa dan luka-luka. Masih banyak lagi pertempuran lain yang dilakukan oleh Pasukan Selempang Merah maupun TNI di daerah Kuala Tungkal.
Pasukan besar ini dibagi menjadi 21 kelompok yang dipimpin langsung oleh Panglima H. Saman. Setelah terjadi pertempuran sengit selama 3 jam, pasukan Selempang Merah mengundurkan diri ke Desa Pembengis dengan meninggalkan korban 30 orang gugur. Di pihak Belanda juga jatuh banyak korban jiwa dan luka-luka. Masih banyak lagi pertempuran lain yang dilakukan oleh Pasukan Selempang Merah maupun TNI di daerah Kuala Tungkal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar