Kemajuan dan posisi strategis Kerajaan Melayu menarik perhatian Raja Singosari untuk melakukan ekspansi kekuasaan dan membendung kekuasaan Kubhilai Khan dari Cina ke Nusantara. Bentuk ekspansi Raja Singosari, Kertanegara, adalah mengirimkan pasukannya ke Melayu pada tahun 1275. Pengiriman pasukan yang disebut Ekspedisi Pamalayu mengakibatkan terjadinya pergeseran pusat Kerajaan Melayu ke arah pedalaman hulu Batanghari. Kehadiran Singosari di Kerajaan Melayu pada masa Pamalayu berlanjut dalam jalinan hubungan persahabatan antara Singosari dan Melayu yang diwujudkan pengiriman arca Amoghapasa ke Darmasraya pada tahun 1286.
Keberadaan Kerajaan Melayu beransur-ansur susut seiring berkembangnya agama Islam di Jambi yang berdampak berubahnya struktur kerajaan menjadi kesultanan. Pangeran Kedah dengan gelar Sultan Abdul Kahar merupakan sultan pertama di masa Islam yang diangkat tahun 1615 menggantikan Panembahan Kota Baru (1590-1615), Panembahan Bawah Sawo (1565-1590), Panembahan Rengas Pandak (1540-1565), Panembahan Rantau Kapas atau Pangeran Hilang Diaer (1515-1540), dan Orang Kayo Hitam.
Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar terjadi kontak pertama dengan Sterk, seorang pedagang Belanda yang mengizinkan membangun loji di Muarakumpeh. Tetapi campur tangan Belanda dalam pemerintahan kesultanan diawali pada kontrak pertama tahun 1643 dan kontrak selanjutnya menggerogoti kekuasaan Kesultanan Jambi. Tekanan dan campur tangan Belanda semakin kuat di masa kesultanan dipangku oleh Pangeran Ratu Abdurrahman Zainuddin menggantikan Sultan Muhammad Fachruddin yang wafat tahun 1841 dengan Pangeran Ratunya Pangeran Thaha Syaifuddin bergelar Pangeran Ratu Jaya Diningrat.
Ketika Sultan Abdurrachman Zainuddin wafat Pangeran Ratu Jayaningrat Raden Thaha Syaifuddin dinobatkan sebagai Sultan di tahun 1855. Sultan Thaha dengan tegas bertekad mengembalikan hak-hak rakyat dan kerajaan terlepas dari campur tangan Pemerintah Hindia Belanda. Empat puluh enam tahun perjuangan Sultan Thaha yang berlangsung dengan dukungan rakyatnya, akhirnya pada 26 April 1904 Sultan Thaha gugur dalam serangan tentara Hindia di Betung Berdarah, Tebo. Kendati Sultan Thaha tewas, perlawanan terhadap kedudukan tentara Hindia Belanda terus berlangsung hingga tahun 1920, saat Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan bala bantuan dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Batavia.
Kedatangan tentara pendudukan Jepang ke Jambi seiring penyerahan kekuasaan dari Pemerintah Hindia Belanda ke Pemerintah Pendudukan Jepang di Kalijati, Subang, cukup memberikan penderitaan bagi rakyat Jambi. Kehidupan ekonomi rakyat lumpuh karena kewajiban mengumpulkan bahan-bahan pangan seperti padi, jagung, dan lain-lain guna persediaan makanan tentara Jepang menghadapi sekutu. Setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Seokarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Kelanjutan dari proklamasi, secara spontan para pemuda di Jambi melakukan pengibaran Bendera Merah Putih di menara air PDAM (Menara Benteng).
Di awal kemerdekaan dibentuk provinsi-provinsi berdasarkan pulau dan kepulauan, seperti Sumatera yang saat itu berupa satu provinsi dengan ibukotanya Medan dengan Mr. Teuku Muhammad Hasan sebagai gubernurnya. Komite Nasional Indonesia (KNI) Sumatera pada sidang di Bukittinggi pada 18 April 1946 memutuskan Sumatera dijadikan 3 sub provinsi, yaitu Ssub Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari Karesidenan Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli; Sub Provinsi Sumatera Tengah yang terdiri dari Keresidenan Sumatera Barat, Riau, dan Jambi; dan Sub Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari Keresidenan Palembang, termasuk Bangka-Belitung, Bengkulu, Lampung.
Pada 21 Juli 1947 Belanda melakukan Agresi Militer I dengan pengeboman dan penembakan ke berbagai daerah di Jambi, seperti lapangan terbang Pal Merah dan Kapal Berjentera "Tek Kho Seng" di Selat. Agresi Belanda dilanjutkan Agresi Belanda II pada 29 Desember 1948 dengan menyerang kota Jambi dari darat, laut, dan udara. Mengantisipasi serangan-serangan tersebut, muncul perlawanan-perlawanan rakyat di berbagai daerah di Jambi, seperti Perang Simpang III Sipin, Pertempuran Laut di Tungkal, dan lain-lain.
Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada 27 Desember 1949 memberikan motivasi rakyat Jambi untuk dapat berdiri sendiri secara otonom, lepas dari Propinsi Sumatera Tengah.Akhirnya pada tahun 9 Agustus 1957 Presiden Soekarno menandatanggani Undang-Undang Darurat No. 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Provinsi Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. Kini undang-undang tersebut menjadi Undang-Undang No. 61 Tahun 1957.
Kemerdekaan yang diperoleh dengan pengorbanan jiwa dan raga rakyat Jambi kini diisi dengan pembangunan di segala bidang dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat Jambi. (Budi Prihatna).
abang, mohon penjelasan penyebutan tahun dalam silsialah raja jambi dari orang kayo hitam (tannpa tahun) kemudian panembahan rantau kapas 1615 dan seterusnya sampai pangeran kedah (Abdul Qahar) tahun 1615 sumbernya dari mana? selama ini saya telusur tidak temukan, eh ketemu di blok ini. Saya akan mengkomperkan dengan data yang saya miliki tentang masa hidup Datuk Paduko Berhalo dan silsilahnya, apakah cocok atau tidak.
BalasHapusTerima kasih atas tanggapan anda. Memang kami tidak menguraikan rangkaian sejarah Jambi di masa pemerintahan Datuk Paduka Berhala hingga Panembahan Kota Baru karena catatan yang ada hanya berupa legenda dalam berbagai versi. Satu di antaranya dalam naskah Silsilah Raja-Raja Jambi, Undang-Undang, Piagam, dan Cerita Rakyat Jambi. A. Mukty Masruddin menyebutkan bahwa tahun 1460-1480 Kerajaan Melayu Jambi dipimpin oleh Putri Selaras Pinang Masak/Datuk Paduko Berhalo alias Achmad Salim, dst. Anda dapat membacanya dalam buku Jambi Dalam Sejarah Nusantara. Sementara itu H.L.C. Petri dalam Nota van Bestuursovergave van Resident H.L.C Petri menyebutkan tahun 1460 Jambi dipimpin oleh Putri Pinang Masak dan suaminya dari Turki yang datang melalui Pulau Berhala dandikenal Paduka Berhala. Berbeda halnya dengan pendapat Elsbeth Locher-Scholten dalam Kesultanan Sumatra Dan Negara Kolonial. Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda menyatakan "(Kesultanan) ini tumbuh berbarengan dengan proses pembentukan negara, Islamisasi, dan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di berbagai bagian Nusantara". Selanjutnya penulis memaparkan bahwa semua keterangan mengenai sejarah Jambi berasal dari temuan-temuan arkeologis dan sumber-sumber Cina.
BalasHapusDemikian tanggapan kami, dan apabila anda memiliki data lain dapatlah membagi data tersebut untuk melengkapi data yang kami miliki. Terima kasih.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussaya ini dri malaysia, dari cerita datuk saya kepada abah saya Diam bin gonjur (bukan nama sebenar mengikut rahsia nmanya mungkin imam bonjour), Sultan Thaha ini berasal dri suku kota kuantan.kemudian ke jambi.turut dikatakan Datuk sy merupakan anak buah kepada sultan thaha. samada sepupu atau adik bradik.saya kurang pasti. datukku lahir pada 1839 dan meninggal pada usia 137 pada tahun 1976. dari kisah yang saya tahu sultan thaha adalah seorang sufi yang terpilih, ketika kecil dia telah dianugerahkan Allah sehelai kopiah sakti yang ditemui di sungai.ketika memberitahu kepada bapanya , bapanya hairan kerana Thaha tidak kelihatan (ghaib setelah memakai kopiah tersebut). dia banyak mendapat ilmu Syahadah dari Allah..sekian msa berlalu pda era 1900an ketika itu umur datukku sekitar 60an, datukku mendapat berita bahawa Sultan Thaha diburu belanda, dan hilang selama 3 thun.berbagai rintangan dan ujian yang sangat dasyat ..namun dengan kekuasaan Allah swt dia sentiasa diselamat kan.beliau juga dikatakan pernah terjatuh didalam pusat laut bumi, dan tersangkut pada sebatang pohon besar yang tiba2 muncul dari tgah lautan. dan diatas pohon itu pula ada seekor burung garuda yang turut dukatakan sebagai garuda Nabi Sulaiman a.s..melihatkan bangkai2 gajah yang sedang dimakan, lalu Tuanku mendapat aqal dan menyamar sebgai kutu dan menumpang garuda tersebut ketika sedang mencari makanan baru di darat. selesai berjaya melepasi rintangan itu dan berjaya kembali ke darat, Tuanku teruskan lagi perjalanannya hinggalah dia terjumpa berbagai-bagai objek batu yang berupa manusia dan haiwan, berhampiran disebuah sungai.lalu diujinya air sungai tersebut dengan erendamkan hujung jarinya . dan terbukti hujung jarinya menjadi batu. ketika menyambung perjalanan Tuanku telah dterpa oleh seekor harimaupada tengkuknya..dalam keadaan parah Tuanku cuba bertahan, disebabkan kecuaian harimau itu melepaskan gigitannya ,terus dipulas tangan harimau itu hingga patah..dalam perjalanan seterusnya Tuanku ada terjumpa seseorang yang sedang sakit, dilihatnya tangan orang itu patah. dengan mengetahui maksud sbenar dia tidak ragu2 memulihkan tangan pemuda tersebut.menurut cerita datukku Sultan Thaha memiliki banyak keistimewaan diberi oleh Allah swt. dia juga pengamal ilmu tasawwuf/sufi/makrifat/martabat wali..dia mendapat mimpi tentang ajalnya dan memaklumkan kepada saudara2nya. Sultan Thaha mengikut petunjuk dan pulang ke tanah jambi. katanya jika waktu pagi orang belanda datang menyerangnya, maka kembalilah ia, dan jika jika belanda itu datang pada belah petang, sultan tidak jadi mati. dia berdiri di depan pintu rumahnya/istana menunggu kehadiran belanda tersebut. sambil memegang sebilah besi yang bulat dan panjang. jadi ditakdirkan Allah kerana compeni belanda muncul pada waktu pagi ,belanda menembak tepat di dahinya, tetapi tidak mati,sebayak 3 kali bilang datukku . dia hanya mati selepas melontar besi itu ke arah tentera belanda, besi itu membunuh beribu-ribu askar compeni belanda. pada selepas itu diapun mati dan kembali pada Allah..setlah tamat peristiwa itu Datukku kembali ke kuantan riau. dan berhijrah ke smenanjung malaysia pada sekitar 1910-1930(tidak pasti)dan meninggalkan ramai zuriat diseberang taluk jake.kuantan,riau.indonesia. dan berkahwin dgn isteri kedua Ronek binti muda sulaiman ,datukku banyak merahsiakan asla usulnya kebenaran nama tidak dapat dipastikan. Ayah ku dilahirkan pada 1939 ketika usia datuk ku 100 tahun. dan meninggal pada usia 137 pada tahun 1976.dia juga merupakan pengamal ilmu tasawwuf, begitulah dengan keturunannya..tujuan saya cume mahu berkongsi, bukan untuk menimbulkan apa2 salah faham.niat saya cuma mahu menyingkap kembali salasilah yang saya sering dengar dari saudara-saudara saya. mungkin saya bisa dapatkan apa2 maklumat disini. Assalammualaikum ya ri jalul rhaib..jika ada salah silap ku disini,saya memohon ampun..sekian jumpa lagi :-)
BalasHapusAssalamualaikum wr. wb.
HapusTerima kasih atas kisah tentang datuk anda. Menilik kisah tersebut nampaknya anda terjebak dalam his story (kisah dia) bukan history (sejarah). Apabila anda menganggap ini merupakan bagian dari sejarah setidaknya anda harus mencari jejak (traces) yang ditinggalkan. Jejak masa lampau tersebut dikenal dengan sebutan sumber sejarah (historical sources). Sumber sejarah tersebut terdiri dari sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda (artefak). Berdasarkan sumber-sumber inilah anda dapat mencari kebenaran sejarah yang dialami oleh datuk anda. Demikian tanggapan kami. Wassalam.
Assalamualaikum
BalasHapusPunya Sumber Berita Mengenai Tanah Sepenggal tidak?
Tanah Sepenggalitu suatu kecamatan di kabupaten bungo. Crita dari mulut ke mulut menyebutkan bahwa daerah tersebut dimulai dari desa tanah periuk yang dulu bernama balai panjang. dirintis oleh utusan mataram (Raja Mataram).. Apakah di museum jambi ada dokumen mengenai utusan2 mataram yang pernah ke jambi bagian barat (Kabupaten Bungo)?
kamu org tanah periuk ya ??? hehe
Hapustdk ada bro di museum PRJ tentang hal yg kau sebutkan
sangat menarik jika kita membaca sejarah seperti ini, dahulu para pahlawan berjuang dengan penuh semangat dan ikhlas untuk memerdekakan indonesia, namun setelah merdeka, rakyat tak juga merasakan kemakmuran yang merata :-(
BalasHapus